Masih teringat jelas di benak kita, bebrapa hari atau beberapa minggu yang lalu Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus, banjir di mana-mana Jakarta, Purworejo, Kendal, dll. Dan saat ini bencana datang kepada kita lagi, kali ini Gunung kelud. Setelah tujuh tahun tidur, Gunung Kelud bangun dan menunjukkan aktivitasnya (meletus) pada pukul
22.50, Kamis 13 Februari 2014. Letusan masih terus terjadi hingga Jumat
dini hari. Bahkan suara dentumannya dapat terdengar hingga beberpa daerah Provinsi Jateng dan DIY.
Kelud yang berada di tiga kabupaten di Jawa Timur:
Kediri, Blitar, dan Malang, menyemburkan kerikil dan debu di kota-kota
itu. Dengan ketinggian abu vukanik yang hingga belasan kilo meter membuat abu bertebaran hingga jarah ratusan meter.
Yogyakarta melalui Gubernurnya mengintruksikan tanggap bencana selama sepekan, bandara Adisucipto menghentikan aktifitasnya, sekolah-sekolah diliburkan, universitas dan lainnya. Tidak heran aktivitas gunung ini membuat sepi jalanan. Masyarakat lebih memilih berdiam diri di rumah ketimbang harus pergi keluar rumah dengan kondisi jalanan yang berdebu dan jalanan yang licin.
Jika kita kilas balik kebelakang, dampak letusan Gunung Kelud sendiri dirasa lebih parah ketimbang letusan Merapi dulu. Mungkin saja karena kita lebih dekat dengan Merapi sehingga tidak begitu banyak abu vulkanik yang kita rasakan.
Lalu, apakah yang telah terjadi ini adalah musibah ataukah berkah? Banyak orang, banyak sekali malahan yang menganggap semua ini adalah bencana belaka. Kembali kepada diri masing-masing. Segala sesuatu terjadi atas kehendakNya, pastilah ada hikmah dibalik semua ini.
Doakan
saja semua akan baik-baik saja. Bencana bukan semata mata bencana, alam
membuntuhkan tindakan untuk menuju keseimbangannya. Semoga semua berada dalam
lindunganNya. Menjadikan kita semua untuk lebih mengintrospeksi diri, menambah iman kita kepada Allah SWT. Memotivasi kita untuk lebih giat beribadah, mengingat bahwa kehidupan ini adalah sementara menuju kehidupan yang lebih kekal kelak. Aamiin
Posting Komentar