Betapa mulianya seorang ibu. Karena seorang ibu itu, mengandung, melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik, dan mencarikan jodoh anak-anaknya. Begitu besarnya peranan ibu dalam keluarga. Begitu mulianya seorang ibu.
Hanya ibu-ibu sekarang sudah berubah. Mungkin lebih memilih karir. Dibandingkan dengan memilih keluarga dan anak-anak. Sudah jarang ibu-ibu menyusui anaknya sampai dua tahun. Anak-anak sekarang sudah jarang mendapat dekapan ibunya. Selama dua tahun. Terkadang baru tiga bulan. Bayinya sudah diserahkan kepada si-inem. Si inem menjadi ibunya. Bayi mungil itu menjadi bayinya si-inem, dan minum susu bubuk sapi.
Anak-anak tumbuh hasil rawatan si-inem. Ibunya hanya bertemu anak-anaknya paling lama tiga jam setiap harinya. Wanita karir. Umumnya berangkat pagi pulang larut malam. Ketika berangkat anak-anaknya belum bangun. Ketika pulang anak-anaknya sudah tidur. Tak ada waktu bagi anak-anaknya. Karir lebih penting dibandingkan anak-anaknya.
Hanya dengan menggaji si-inem Rp 2-3 juta tiap bulan, ibunya sudah merasa cukup perhatiannya terhadap anak-anaknya. Terkadang ibu-ibu yang sibuk dengan karirnya, itu melampiaskan perasaannya terhadap anak-anaknya diajak jalan-jalan ke mall, diajak makan, dibelikan mainan, atau pergi berlibur dengan suaminya. Mungkin suaminya juga tak sempat, karena sibuk.
Tetapi, yang membuat hati menjadi trenyuh, sedih, dan iba, sekarang ada peran ibu, yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu menjadi : “koruptor”.
Ibu-ibu sekarang bukan hanya menjadi wanita karir, tetapi sudah bertambah perannya, menjadi “koruptor”. Membantu suaminya yang juga koruptor. Idola ibu-ibu tentang Raden Ajeng Kartini, sudah tidak zamannya lagi. Sudah kuno. Raden Ajeng Kartini itu, hanya sebuah mitos, masa lalu belaka. Kartini baru, adalah "Kartini korup".
Ada Nunun Nurbaiti, yang menyogok 30 anggota DPR, saat pemilihan Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Gultom dengan travel cheque, senilai Rp 24 miliar. Ada Neneng Sri Wahyuni, yang baru menjejakkan kaki di Jakarta, sesudah suaminya Nazaruddin, hanya di vonis 4 tahun penjara. Ada Angelina Sondakh, yang pernah menjadi Puteri Indonesia, dan terlibat dalam korupsi di berbagai lembaga pemerintah bersama Nazaruddin. Ada Wa Ode Nurhayati, yang sudah menjadi tersangka, terkait dengan proyek di Kementrian Transmigrasi. Ada pula Layla, isteri Ketua Umum, Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, yang sudah diperiksa oleh KPK, terkait dengan dugaan korupsi, yang dijalankan oleh Nazaruddin. Banyak lagi mereka. Tidak dapat disebut semua.
Tetapi, masih ada tokoh ibu alias perempuan yang ditangkap waktunya bersamaan dengan Neneng, isteri Nazaruddin, yaitu Sherny Kojongian, dan dia berada di Amerika Serikat selama 10 tahun. Mungkin ini satu-satunya ibu alias perempuan Indonesia, yang berhasil melarikan diri ke luar negeri dalam waktu yang sangat lama. Sherny menggelapkan dana KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia), senilai Rp 1,95 triliun.
Bayangkan peranan Nunun, bisa menebarkan travel cheque senilai Rp 24 miliar, Wa Ode mendapatkan “fee” Rp 6 miliar, hanya dalam satu proyek. Angelina Sondakh, mendapatkan uang sogokan Rp 5 miliar. Entah Layla yang menjadi komisaris sebuah perusahaan? Tetapi, yang mencapai rekor adalah Sherny Kojongian, menggelapkan uang KLBI senilai Rp 1,95 triliun.
Ibu-ibu sekarang menikmati dan penikmat kehidupan duniawi. Gaya hidup mereka sudah melibihi artis-artis pop dan selibritis di Barat. Bayangkan, bagaimana belanja Wakil Sekjen Partai Demokrat, dan anggota DPR, Angelina Sondakh, konon belanjanya melalui online, menghabiskan milyaran rupiah, hanya dalam waktu satu hari.
Mereka ibu-ibu yang sangat “powerfull”, tak bergantung kepada suami. Bahkan, suaminya hanya menjadi status belaka, bahwa si ibu itu mempunyai suami. Selebihnya, suaminya itu, tak memiliki fungsi apapun.
Ada sebuah kisah. Seorang ibu menjadi “CEO” sebuah perusahaan oil, dan kebetulan suaminya menjadi bawahannya. Dalam setiap rapat suaminya, sering dimarahi di depan stafnya. Sungguh malang nasib suaminya. Suaminya sering ditinggal pergi keluar negeri, bersama dengan bosnya. Bahkan, cerita sopir ibu “CEO” itu, kalau pulang, suaminya disuruh membukakan sepatunya, dan suaminya disuruh memijitinya.
Pantas kalau ada hadist, di mana penghuni neraka itu, lebih banyak kaum ibu. Karena peranan mereka, ketika masih ada di dunia. Ibu bukan lagi menjadi panutan, teladan, dan guru, tetapi sekarang menjadi pelaku : “korupsi”.
Dulu di zaman rezim Soeharto, dikenal dengan “Madame ten percent” (Nyonya 10 persen), itu julukan bagi Ibu Tien Soeharto. Sejatinya, bukan Soeharto yang berkuasa selama tiga dekade, yang konon yang benar-benar “power full” itu, Ibu Tien. Suaminya, Soeharto, hanya menjadi boneka.
Di Tunisia, Layla isteri Presiden Zainal Abidin, yang sangat terkenal, dan dulunya hanya seorang waiters di tempat salon, tetapi ketika menjadi isteri Zainal Abidin begitu berkuasa, dan mengendalikan suaminya. Saat menjelang kejatuhan Abidin, isterinya memerintahkan Zainal Abidin, mencairkan 70 ton emas dari Bank Central Tunisia. Ini sungguh-sungguh kejadian.(voa-islam.com)
Semoga bermanfaat kawan.
Posting Komentar