Kesepakatan yang Membentuk Persepsi

|| || || Leave a komentar
1+1=2 , apakah ada jawaban lain selain 2 ?
Bagi anak SD tingkat satu mungkin jawabannya "tidak"
setelah beberapa waktu belajar anak akan mengetahui bahwa ada jawaban lain , misalnya "3 - 1" atau "5 - 3"
Bila anak itu belajar dan terus bertumbuh, ia akan menyadari bahwa jumlah "2" itu hanyalah sebuah kesepakatan antar manusia belaka.
Dan dikala anak tersebut mempelajari teori Quantum maka ia akan mendapati jawaban dengan jumlah tak terhingga pada pertanyaan yang terlihat simpel itu.

Begitulah pertumbuhan pengetahuan ini, begitu juga pertumbuhan kesadaran diri ini. Awalnya seorang anak melihat apa adanya, sebelum kita menamai burung, ia melihat benda yang kita cap dengan nama burung itu apa adanya. Ketika perangkap label kita tanamkan pada anak itu bahwa benda yang berkaki dua dan bersayap itu adalah bernama burung, ia kehilangan realita, disaat itu juga ia hanya melihat persepsi.

Anak SD kelas 1 mati-matian mempertahankan apa yang diyakininya, dengan membawa dua buah pensil ia menjelaskan bahwa 1 pensil + 1 pensil = 2 pensil. Ia hanya mengetahui bahwa hanya ada satu jawaban benar. Anak SD kelas 3 mungkin akan merasa hebat dan lebih tahu lalu dengan sombongnya menyalahkan pemikiran adik kelasnya dan membuktikan bahwa ada jawaban lain selain yang satu-satunya itu. Anak SMP mungkin mentertawakan tingkah laku anak SD kelas tiga tersebut, namun ia mungkin belum paham bahwa semua angka itu adalah sebuah bentuk kesepakatan dunia dan itu memang telah tertanam dalam-dalam di benak kita semua. Keyakinan yang tertanam ini seringkali telah membatu dengan kerasnya sehingga tidak jarang bergesekan atau berbenturan dengan kerasnya.
 
Kita mendebatkan baik-buruk dan melupakan bahwa itu bukanlah realita, semua adalah kesepakatan yang membentuk persepsi.
Meludah yang dicaci di sebuah negara, dihormati dinegara lain.
kita bunuh membunuh karena persepsi.
Tahukah kita bahwa cantik dan buruk rupa adalah bentukan dari lingkungan ?
sexy ditahun ini adalah sexy yang mungkin bertolak belakang dengan sexy dijaman Cleopatra.

Lalu apa yang benar-benar BENAR?
Tatkala kita masih merasa putih, hebat, benar atau suci dan melihat yang lain salah, kurang benar atau tidak betul artinya kita masih bermain di kolam yang dangkal.

Tujuan manusia bukan sebatas mencari kebenaran, namun melewati gerbang dualitas, terbang tinggi ketempat dimana hitam dan putih menjadi serupa.
 
Dalam skala persentase, spektrum yang mampu kita jangkau di alam semesta ini melalu panca indra kita adalah kurang dari 1 persen, jadi bila selama kita masih mengandalkan kemampuan berpikir kita dengan cara menganalisa, menginterpretasi, memberi label, menghakimi atau menuduh maka akan sulit melihat realita yang ada.

Lihatlah gambar dibawah, siapa yang bisa langsung meyakini bahwa warna di kotak A sama persis dengan warna yang terdapat di kotak B?
dari hal sepele seperti ini sekalipun kita bisa membuktikan kelemahan dari mata yang sering kita agungkan sebagai Indra utama dalam tubuh ini.

Ia yang sadar adalah Ia yang telah jauh terbang meninggalkan perangkap penghakiman.
Tidak ada yang salah dengan anak SD begitu juga dengan anak SMP, Ia sadar bahwa setiap orang bertumbuh.
Ia tidak melekat pada keinginan, pujian atau makian.
Yang baik tidak digenggam, yang buruk tidak ditolak.
Ia menyadari semua yang terjadi berasal dari NYa dan atas seijin Nya.
Malaikat diciptakan Tuhan, Setanpun diciptakan oleh Tuhan yang sama.

TS Eliot pernah berkata “Kita tidak boleh berhenti menjelajah dimana akhir dari semua penjelajahan tersebut akan tiba di tempat di mana kita memulai dan baru menyadari tempat tersebut untuk pertama kalinya.”

Mari kita bertumbuh bersama, sahabat yang menyenangkan adalah berkah, sahabat yang menyulitkan adalah berkah. biarkan ia menemani kita untuk bertumbuh sampai suatu saat kita kembali kepada pandangan pertama kali kita dilahirkan, melihat apa adanya.

Karena semua memang sudah sempurna adanya.

Gobind Vashdev
Namaste _/|\_

Please Share
/[ 0 komentar Untuk Artikel Kesepakatan yang Membentuk Persepsi]\

Posting Komentar