Hikmah Sebuah Pertemuan

|| || || 2 komentar

Dimulai dari perkenalan dengan seorang wanita melalui sebuah situs jejaring sosial yang populer saat ini. Meskipun sebelumnya belum pernah melihat dalam dunia nyata jujur saja waktu itu saya merasa cocok dengannya. Seorang perawat dengan wajah yang tidak bisa dibilang kurang.

Awal pertemuan dialah yang mengatur, tak pelak begitu banyak tanda tanya muncul dipikiranku. Maklum karena ternyata dia adalah teman kencan kawan seprofesi saya dikantor. Perkenalan terus berlanjut karena kesamaan hoby menonton film, kita jadi saling bertukar film. Kita tidak selalu berdua bertemu, pasti ada orang ketiga meskipun hanya teman sanya sekantor yang sama-sama tinggal satu kontrakan.

Diperjalanan perkenalanku tidak jarang muncul pertanyaan kenapa Allah mempertemukanku kepadanya. Karena sesuatu hal dan “saya yakin tidak pernah ada yang kebetulan”. Allah SWT ingin menunjukkan perempuan seperti apa yang tidak cocok buatku. Ya, lebih tepat seperti itu. Hari ini, malam ini Allah telah membukakan mataku lebar-lebar bahwa ia tidaklah pantas buatku. Ternyata dialah orang yang rela mencintai pria non muslim. Kenapa saya mempermasalahkan ini?

Mencintai seorang orang kafir (non muslim) karena agamanya atau karena dia membenci Islam merupakan bentuk cinta kepada kekafiran. Dan “Budak mukminah itu lebih baik daripada wanita merdeka nonmuslim, meskipun dia membuatmu terpesona.” (QS. Al-Baqarah:221)

Karena prinsip hubungan muslim dengan orang lain telah dijelaskan Allah Swt dalam Al Qur’an dan melalui UtusanNya nabi Muhammad Saw, dimana harus terjalin atas dasar nilai persamaan, toleransi, keadilan, kemerdekaan, dan persaudaraan kemanusiaan (al-ikhwah al-insaniyah). Nilai-nilai Qur’ani inilah yang direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan yang berlatar belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa dan budaya.

Karena nilai-nilai Qur’ani diatas terkait dengan hubungan muslim dengan non muslim, tentu timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan ‘non muslim’ dalam pandangan Islam.

Pengertian Non-muslim sangat sederhana, yaitu orang yang tidak menganut agama Islam. Tentu  saja maksudnya tidak mengarah pada suatu kelompok agama saja, tapi akan mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan variasi ritualnya. Al Qur’an menyebutkan kelompok non muslim ini secara umum spt terdapat dalam surat Al-Hajj, ayat 17 yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi Keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”.
 dan surat al-Jasiyah, ayat 24 yang juga artinya sbb:
Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.
Dalam ayat Al Qur’an tadi terdapat lima kelompok yang dikategorikan sebagai non muslim, yaitu ash-Shabi’ah atau ash-Shabiin, al-Majus, al-Musyrikun, al-Dahriyah atau al-Dahriyun dan Ahli Kitab. Masing-masing kelompok secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama Ash-Shabi’ah, yaitu kelompok yang mempercayai pengaruh planet terhadap alam semesta.
Kedua Al-Majus, adalah para penyembah api yang mempercayai bahwa jagat raya dikontrol oleh dua sosok Tuhan, yaitu Tuhan Cahaya dan Tuhan Gelap yang masing-masingnya bergerak kepada yang baik dan yang jahat, yang bahagia dan yang celaka dan seterusnya.
Ketiga Al-Musyrikun, kelompok yang mengakui ketuhanan Allah Swt, tapi  dalam ritual mempersekutukannya dengan yang lain spt penyembahan berhala, matahari dan malaikat.
Keempat yang disebut Al-Dahriyah, kelompok ini selain tidak mengakui bahwa dalam Alam semesta ini ada yang mengaturnya, juga menolak adanya Tuhan Pencipta. Menurut mereka alam ini eksis dengan sendirinya. Kelompok ini agaknya identik dengan kaum atheis masa kini.
Kelima Ahli Kitab. Dalam hal ini terdapat dua pendapat ulama. Pertama, mazhabi Hanafi berpendapat bahwa yang termasuk Ahli Kitab adalah orang yang menganut salah satu agama Samawi yang mempunyai kitab suci spt Taurat, Injil , Suhuf, Zabur dan lainnya. Tapi menurut Imam Syafii dan Hanbali, pengertian Ahli Kitab terbatas pada kaum Yahudi dan Nasrani. Kelompok non muslim ini disebut juga dengan Ahli Zimmah, yaitu komunitas Yahudi atau Nasrani yang berdomisili di wilayah umat Islam dan mendapat perlindungan pemerintah muslim.
Kembali pada pokok cerita ini bahwa mencintai seorang non muslim adalah sama dengan mencintai apa yang ada padanya, orang yang kita cintai tersebut. Lalu bagaimana dengan aqidah? Otomatis kita juga menncintai aqidahnya sebagai sesuatu yang melekat pada dirinya. Dan dapat juga membatalkan sahadattain. Ada batas-batasan dalam berhubungan dengan non muslim, kita boleh berkerjasama dalam bisnis/jual-beli tapi tidak dalam soal cinta. Namun sekali lagi sepertinya efek kampanye pluralisme menjadikan anak muda jaman sekarang menganggap mencintai seseorang non muslim adalah wajar, dengan dalih cinta itu suci, wajar, dan tidak bisa disalahkan.
Cinta tidak pernah salah dan tidak akan pernah salah. Kebanyakan orang susah untuk melihat ke dalam diri masing-mmasing. Lalu siapa yang bisa disalahkan, kita? Ya, kitalah yang perlu disalahkan karena memiliki perasaan cinta yang salah itu. Sulit memang bagi kita manusia untuk mengakui kesalahan. Inilah kenyataannya, lalu kenapa kita marah jika diperintahkan untuk memohon ampunan kepadaNya?
Perdebatan malam ini (18/9/12) semakin mengokohkan sikapku untuk menjauhinya karena aku telah mencintainya sebagai orang yang bukan hak saya dan telah mencintai wanita yang kurang dalam agamnya. Astagfirullah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya.
Alhamdulillah Allah SWT telah menunjukkannya kepadaku, mungkin akan terlalu banyak masalah atau konflik jika kita terus bersama karena sama muslim tapi beda keyakinan.
Masih ku ingat kata yang ia ucapkan padaku “aku tidak merasa ternoda, jadi cukup. Terimaksih”. Haii.. kamu telah mencintai non muslim dan tidak merasa bersalah? Itu hak anda, dan kewajibanku telah gugur bersama dengan ajakanku untuk meninggalkan dan memohon ampunlah kepadaNya.
Ya Allah, aku lepaskan rasa sayang ini dari ku, maka lepaskanlah rasa sayang yang tak layak ini dariku, aku adalah aku, dia adalah dia, aku adalah aku, rasa sayang kepadanya bukanlah aku. Aku adalah hamba yang hanya bergantung padaMu dan berharap kasih sayang Mu.
Ya Allah, aku serahkan urusan hati ini sepenuhnya kepadaMu, maka serahkanlah ketetapanMu yang terbaik kepadaku...dan sayangilah aku dalam peluk kasih sayangMu...
Aamiin.
Akan ku lupakan engkau mulai hari ini, meski susah tapi saya mengikhlaskan kesusahan dalam melupakan ini. Allah sebaik-baik pembuat rencana. Dan akhirnya saya lebih bisa memaknai bahwa “keajaiban tidak identik pada terkabulnya semua keinginan”. Inginku tidak terlaksana, dan inilah rencana besar dibalik sebaik-baik rencanaNya. Ia ingin menjelaskan kepadaku Hubungan antar Non-muslim. Sahabat fillah mohon maaf, tulisan ini banyak cacatnya, banyak salah pemakaian kata. Namun, saya berharap semoga bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua. Sebaik-baik cinta adalah yang Allah Ridhoi. Barakallah

Curcol 19/9/12

/[ 2 komentar Untuk Artikel Hikmah Sebuah Pertemuan]\
Ela Sri H mengatakan...

:)) kereeeen

Bang Toha mengatakan...

terimaksih, dah mau mampir di blog acak2an ini,blog asal posting yang aku bisa..haha :))

Posting Komentar